Kamis, 06 Oktober 2011

Ada Cerita Sebelum CGK - UPG

Terminal 1 A , Soekarno-Hatta International Airport

Hari ini hari minggu, 4 September 2011. Hari yang mungkin sebagian orang sedikit berat untuk menjalaninya. Karena apa ? karena hari tersebut merupakan hari terakhir libur lebaran, di mana setelah seminggu sebelumnya libur merayakan hari raya Idul Fiftri dan berkumpul dengan keluarga tercinta. Tentunya sangat menjadi ‘sesuatu’ apabila kesenangan tersebut harus distop dulu karena ada hal lain yang memang harus dikerjakan. Hehe…

Begitu juga dengan saya, saya harus berangkat kembali ke tanah para Daeng alias Makassar untuk mencari lagi pengalaman dan pelajaran hidup untuk meniti karir yang cemerlang (catatan : Karir sama Kerja itu beda ya! J). Sedikit berat memang, namun harus apa lagi, ya mungkin harus dijalani terlebih dulu siapa tahu ada ‘sesuatu’ yang membawa saya ke arah yang lebih baik. Amin.

“Aku akan pergi tuk sementara, bukan tuk meninggalkanmu selamanya, aku pasti kan kembali pada dirimu tapi kau jangan nakal aku pasti kembali”. Sebuah lagu dari Pasto saya persembahkan untuk kamu, kamu, kamu semuanyaaa….

Merantau memang sudah menjadi tradisi di negeri ini, bahkan orang Minang mengharuskan anak lelaki mereka merantau ke daerah lain atau mungkin ke negara lain untuk mencari pengalaman dan pelajaran hidup yang lebih dari kampung halamannya. Makannya jangan heran kalu kita banyak melihat restoran Padang dimana-mana, karena tradisi mereka memang seperti itu. Mungkin dikalangan orang Minang sudah ada tag line “Merantau Itu Laki !!!” hehe…

Beda ceritanya dengan tradisi orang Sunda dan memang sudah terkenal (katanya) kalau orang sunda itu gak berani merantau jauh-jauh, “boleh lah merantau ya maksimal pulau jawa aja lah” begitu katanya. Dan memang saya merasakannya, beberapa kerabat saya selalu mempertanyakan kenapa jauh banget harus ke Makassar ??? padahal di Jakarta juga bisa katanya. Sangat menjadi pertimbangan saya memang pertanyaan-pertanyaan dari mereka, namun saya punya pertimbangan lain mengenai pilihan saya ini walaupun saya agak sedikit berat menjalaninya. Hehehe….

Adapun kerabat yang memberi pesan ke saya kalau saya jangan lama-lama di perantauan kalau bisa segera lah pindah, ada juga yang mewanti-wanti jangan sampai saya mendapatkan jodoh orang rantau, harus orang dekat (sunda). Hehe… ok uwa, bibi, mamang, aa, teteh akan saya pertimbangkan semua masukan kalian itu. J

Lalu bagaimana dengan kedua orang tua saya ? orang tua saya Alhamdulillah yah selalu mendukung apa piliha anaknya, namun saya tau mereka berdua selalu mecemaskan keberadaan saya diperantauan. Jangankan di Makassar, ketika saya kuliah di Jatinangor pun mereka khususnya ibu saya selalu menelpon hanya untuk sekedar menanyakan apakah saya sudah makan, kapan pulang, dan tentunya selalu mengingatkan saya untuk tidak lupa sholat.

Hmmm…
Hmmm…
Hmmm…
Sekarang saya sedang menunggu pesawat yang akan membawa saya ke Makassar. Sudah terbayang oleh saya suasana jalan RSI Faisal dan jalan Pettarani yang dekat dengan tempat tinggal saya di sana, Kawasan Industri Makassar, Tanjung Bunga, Pantai Losari, dan tempat-tempat lainnya yang pernah saya kunjungi sebelumnya. Rasanya gak ingin cepat-cepat sampai ke sana, gak apa-apa deh pesawat delay. Hehe…. Hmmm… Namun, sepertinya sekarang saya harus merobah pikiran tersebut, setidaknya untuk beberapa bulan ke depan. Hehehe…

Dari semua ini saya harus mencoba ambil hikmahnya, kapan lagi coba saya bisa ke Makassar, Manado, Pulau Ternate dan Pulau Halmahera kalau tanpa status pekerjaan ini. Tentunya, harus selalu meyakini bahwa Allah memberikan jalan hidup kepada setiap hambanya itu dengan sebaik-baiknya, pasti selalu ada hikmah yang indah di dalamnya,  karena Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.

Ok, tepat pukul 22:05 WIB pesawat yang akan saya tumpangi akhirnya akan terbang, delay satu jam, sebentar banget, besok aja lah berangkatnya….eits...ok..ok...baik.! Ayo semangat !!!  Pada saat saya jalan menuju pesawat, saya nengok ke belakang, tapi ternyata tidak ada Cinta yang menahan saya untuk pergi (halah…emangnya AADC. Hehehe….). ok…. Bismillah… berangkat !!!

Minggu, 02 Oktober 2011

[ SEBUAH CERITA MISTERI ] Abdam : Unfinished Business


(Cerita ini adalah cerita nyata yang difiksikan dan dilebaykan)

September, 2011
Di suatu malam yan aneh, saya di-BBM oleh Mams.
“Day siapa itu Yayuk yang di group BBM Ciparayers?” begitulah isi message BBM dari Mams
“Hah? Bentar di check dulu” kata saya membalas BBM dari Mams. “mana ah Mams gak ada?” Tanya saya
“Udah Mams hapus sih, tapi Irnoy sempet lihat juga” kata Mams yang memang dia adalah admin group sehingga bisa menghapus member group
“oh gitu, terus siapa yang masukin Yayuk ke group kita?” Tanya saya lagi
“Gak tau, tapi di contact list Mams ada sih dia. Tapi Mams gak ngerasa masukin” timpal Mams. “apa jangan-jangan itu akun BBM Nayeuh yang baru? Soalnya Nayeuh gak ada di list member?” tambah Mams
“oiya ya, kok si Nayeuh gak ada ya? Eh tapi di contact list masih ada si Nayeuh, bentar ya tanyain dulu ke Nayeuh” kata saya
“mungkin Nayeuh ganti BB, terus Yayuk itu BBM yang lamanya” kata Mams lagi
“hmmmm…. kamu salah masukin kali Mams? Soalnya si Nayeuh ada di contact list aku Mams dan kayanya gak ganti BB” kata saya
“nggak, Mams gak pernah masukin Yayuk” jawab Mams di BBMnya
“Lalu siapa dong yang masukin???” Tanya saya lagi
Kemudian pembicaraan pun terhenti sampai di situ. Saya, Mams dan Irnoy sempat membahas juga di chat group namun tidka ada yang tahu siapa itu sosok Yayuk. Well, tanpa ada rasa penasaran Yayuk pun terhapus dari member group Ciparayers.

Beberapa hari kemudian Deboy ngechat di group kalau Beka hilang dari member, saya pun membuka member group Ciparayers dan ternyata Beka memang gak ada. Namun, ada yang bikin saya tercengang, ternyata Yayuk sudah bergabung lagi sebagai member, sosok Yayuk di fotonya terlihat memakai kerudung dan menggendong seorang bayi.  Pada saat yang bersamaan, Nayeuh pun ter-list sebagai member juga, yang artinya Yayuk itu bukan BBM lamanya Nayeuh yang sempat kami kira sebelumnya, tetapi Yayuk adalah orang baru yang bergabung sebagai member group Ciparayers.

Akhirnya diperbincangkan juga bersama member group lain siapakah sebenarnya Yayuk. Semua member  tidak mengetahui siapa itu Yayuk, kunci utama adalah si Mams yang memang sebelunya Yayuk masuk di Contact Listnya, tetapi Mams bilang sudah menghapus Yayuk dari contact listnya beberapa hari kebelakang dan dia tidak mengenali siapa itu Yayuk. Jadi pertanyaanya, siapakah yang memasukan Yayuk ke group sementara Mams sudah menghapus Yayuk dari contact listnya? Apakah orang lain bisa masuk sendiri ke suatu group tanpa dimasukan oleh meber yang terdaftar? bukankah kalau ada member baru yang gabung suka ada notifikasi di recent updates? Tapi ini tidak ada notifikasi.
Semua member membahas di group chat siapakah Yayuk itu, semua orang berpendapat. Mams, Irnoy, Deboy, Uncle, Meme dan saya ramai membicarakannya, dan semua  mengaku tidak ada yang memasukan Yayuk ke group. Kami semua menghubngkannya dengan mistis. Apakah sosok Yayuk itu datang dari Ciparay tempat KKNM kami dulu sehingga dia keuekuh ingin bergabung ke group Ciparayers? Jangan-jangan bayi yang digendong sosok Yayuk di DP-nya itu adalah Abdam? Mungkinkah gabungnya Yayuk ke group Ciparayers secara misterius itu untuk mengingatkan kalau Abdam itu sosok nyata dan sudah lahir ke dunia? Atau untuk mengingatkan kalau masih ada urusan yang belum kami selesaikan di Ciparay ketika itu, tapi apa????

-oOo-

Jatinangor, 30 Juni 2008
Hari ini adalah hari keberangkatan kami mahasiswa Universitas Padjadjaran yang akan melakuakn Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa (KKNM) di beberapa kabupaten yang dibagi lagi ke beberapa desa di Jawa Barat. Saya bersama 18 mahasiswa lain ditempatkan di Desa Ciparay, Kecamatan Jampang Kulon Kabupaten Sukabumi. Nama saya Dida (daydeuh) mahasiswa jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian. Dari fakultas yang sama juga ada Irni (irnoy) dan Deby (deboy) mereka jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dan Jakty (bang jack) dari jurusan Budidaya Pertanian. Sementara yang lainnya adalah Tyas (mams)dari Kedokteran Gigi, Abdi (bdee) dari Farmasi, Mario (meme) dari Teknik Pertanian, Ratih (ntih) dari Teknologi Pangan, Nia (nayeuh) dari Perikanan, Resya (rey) dari Psikologi, Fanda (fandut) dan Andika (aan/sang kordes) dari Jurnalistik, Rebecca (beka) dari Hubungan Masyarakat, Alfa (brot) dari Manajemen Komunikasi, Astri (aciw) dari Sastra Indonesia, Fitri (fitri racun) dari Antropologi, Anggi (enjih) dari Ilmu Keperawatan, Yana (uncle) dari Akuntansi, dan Sri (bu s) dari Hukum. Semua mahasiswa telah bersiap-siap menunggu keberangkatan ke masing-masing desa, kecuali saya, saya baru akan berangkat besok paginya karena ada acara jurusan yang harus dihadiri bertepatan pada hari keberangkatan tersebut. Sayang saya tidak berangkat bersama dengan teman-teman yang lainnya, padahal saya ingin merasakan serunya bersama mereka di hari pertama KKNM. Waktu itu saya sempatkan kirim sms ke Irni untuk menanyakan apakah mereka sudah sampai atau belum atau nanya lagi pada ngapain. Irni balas sms kalau mereka masih di bis dan lagi menelusuri pedalaman hutan dan gunung dan gak tau kapan sampainya. Haduh saya membayangkan bagaimana besok saya berangkat ke sana? setelah beberapa lama, akhirnya teman-teman yang duluan berangkat ngasih kabar kalau mereka sudah sampai di Desa Ciparay, ternyata menghabiskan kurang lebih sembilan jam perjalanan dari Jatinangor menuju ke sana. Perjalanan yang sangat lama!

Besoknya saya dan beberapa teman satu jurusan berangkat menuju desa KKNM. Kebetulan ada lima teman jurusan saya yang sama-sama ditempatkan di Kabupaten Sukabumi, sehingga kami bisa berangkat barengan pada saat itu. Akhirnya setelah menempuh perjalanan panjang dengan melewati kebun teh, kebun kakao, jalan yang rusak dan sepi, saya pun sampai di desa Ciparay, sementara teman saya yang lima orang sudah sampai duluan di desanya masing-masing. Sambutan hangat teman-teman KKNM membuyarkan rasa capek saya, mereka menanyakan gimana perjalanan saya, naik apa dan pembicaraan kami pun berlarut ke pembicaraan lain. Tak lama maghrib pun tiba, kami melakukan shalat berjamaah di mesjid desa dekat rumah yang kami tinggali, setelah sholat kami melakukan PDKT ke warga sekalian menerangkan apa tujuan kami datang ke desa tersebut. Kemudian baru besoknya kami diperkenalkan ke warga oleh pak lurah di balai desa.

Beberapa minggu telah kami lauli di desa ini, beberapa program kerja pun sudah kami laksanakan, kedekatan kami dengan sebagian warga juga sudah semakin baik dan keakraban kami antar anggota KKNM pun semakin dekat. Kami sudah tau masing-masing sifat anak-anak, yang tadinya pemalu sudah putus urat malunya, yang tadinya pendiam semakin beringas dan yang tadinya normal-normal saja malah semakin parah, terkadang pada saat luang kami melakukan liburan ke tempat wisata yang ada di Sukabumi. Namun dari itu semua, ada satu yang belum kami ketahui persis selama beberapa minggu KKNM ini, yaitu siapakah sosok perempuan pada foto yang disimpan di ruang depan? Ketika kami menanyakan ke Kang Subarnas, salah satu anak H.Adnan pemilik rumah, perempuan di foto itu adalah anak H. Adnan dan sekarang perempuan itu sedang di Arab Saudi menjadi TKW. Awalnya kami mempercayai akan hal itu, namun kepercayaan kami terkikis oleh cerita warga yang mengatakan kalau salah satu anak perempuan H. Adnan yang rumahnya kami tinggali itu sudah meninggal. Sebagian dari kami menyangka kalau anak H. Adnan yang sudah meninggal adalah wanita yang ada di foto ruang depan. Karena sepengetahuan kami, H. Adnan memiliki tiga orang anak yaitu Kang Subarnas, dan dua orang perempuan. Salah satu anak perempuannya pernah kami temui pada saat dia “menyita” barang-barang yang ada di rumah KKNM kami. Perempuan penyita barang tersebut tidak sama dengan sosok perempuan yang ada di foto ruang depan. Jadi, apakah anak perempuan H. Adnan yang meninggal itu adalah perempuan yang ada di foto ruang depan? Lalu kenapa kang Subarnas bilang kalau perempuan di foto itu sedang jadi TKW? Hmmmm….

Setelah kisah itu diketahui, hari-hari kami selalui diselimuti dengan cerita horror, dan anehnya semenjak itu pula kejadian horror terkadang menemani kami setiap harinya, seperti halnya besi gorden jendela ruang depan yang selalu tiba-tiba jatuh setiap malam jumat. Kejadian jatuhnya besi gorden terjadi tiga kali, dua kali pada malam jumat dan satu kali di malam lain. Sangat aneh sekali, karena pada saat jatuhnya yang pertama kami sudah memaku dengan kuat besi gorden tersebut namun besi gorden tersebut tetap jatuh kembali, pada saat jatuh otomatis kami dari dalam bisa melihat langsung ke arah luar. Apakah jatuhnya besi gorden tersebut mengisyaratkan kalau ada yang harus di lihat di luar sana ? namun sayang kami tidak melihat apapun, hanya pagar, jalan yang sepi, rumah pak Nana dan gelap yang bisa kami lihat. Suasana semakin mistis ketika salah seorang warga menceritakan kalau dulunya rumah yang kami tinggali itu adalah rumah yang tidak pernah didiami dan terkadang suka terdengar suara tangisan perempuan ketika malam tiba. Oh tidaaaak.

Keadaan rumah semakin mencekam ketika salah seorang dari kami yaitu Bang Jack mengaku kalau dirinya bermimpi didatangi seorang nenek yang mencari seorang anak bernama Abdam, dan anehnya tidak hanya Bang Jack yang bermimpi ditemui seorang nenek, tetapi juga Aciw dan Enjih juga mengaku kalau mereka bermimpi ditemui seorang nenek dalam mimpinya. Dalam mimpinya Aciw si nenek tersebut memberinya sikat, tidak tahu maksudnya apa. Sementara dalam mimpinya Enjih, dia hanya melihat sosok seorang nenek sedang duduk di salah satu kamar di rumah yang kami tempati. Mimpi yang paling aneh itu sebenernya mimpi bang Jack, karena beberapa hari setelah mimpi ditemui nenek, si bang Jack di suatu malam mimpi melihat anak kecil bermain depan rumah dan kemudian duduk di pojok pagar tepat di bawah pohon mangga yang tidak pernah berbuah. Konon pohon yang tidak pernah berbuah adalah pohon yang ada penghuninya. Hiiiiiiiiiiiiii………… Enjih memperparah keadaan seram kami, dia malah mengakui kalau dia bisa melihat hal-hal gaib, dan dia mengikrarkan kalau selama ini dia memang sering lihat seorang anak kecil yang duduk di sofa depan, atau kadang di teras luar. Oh my god !!!!

Ketika sedang seram-seramnya bercerita, tiba-tiba lampu mati, sontak beberapa dari kami berteriak ketakutan, semua saling mendekat. Dengan cepat sang kodok (baca:kordes) Aan menyalakan senter, beberapa dari kami ada yang menyalakan HPnya, ruangan cukup lumayan terang. Terlihat bu S yang dengan tenang duduk sendiri sambil terlihat bibirnya membaca do’a, Nayeuh sibuk sendiri menutup mukanya dengan benda apapun yang ada di depannya, Uncle terlihat dengan muka teganngya, sementara saya dan yang lain sedikit tenang walau saya yakin dalam hatinya itu tegang. Wow…. Suasana di luar rumah tidak seperti malam-malam sebelumnya, tumben sekali malam itu terdengar sepi tidak seperti biasanya yang selalu ada beberapa tukang ojek yang mangkal di warung sebelah rumah. Ya, malam itu sepi sekali, hening.

Dalam keheningan tersbeut, kami mulai saling menenangkan diri, namun tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara ketukan pintu dari luar.
“Tok…. Tok …. Tok… !” cukup keras dengan ritme yang lambat
Kami semua diam, dan semua terlihat muka tegangnya.

Bang Jack memberanikan diri untuk menyahutnya “siapa?” katanya.
Tidak ada jawaban dari luar, kemudian ketukan pintu terdengar lagi.
“Tok..Tok…Tok !” suaranya masih keras namun dengan ritme cepat
Beberapa dari kami menjawab barengan “Siapa?????”
“Saya !” terdengar suara berat seorang lelaki dari luar.
Muka tegang kembali terpancar dari sebagian kami, beberapa cewek dari kami ada yang menangis.
Bang Jack di temani Brot memberanikan diri untuk mengecek siapa diluar. Sebagian dari kami menunggu dengan was-was di ruang tengah.
“Siapa?” ucap Bang Jack lagi
“Saya mau…” jawab dari luar, namun pada saat yang bersamaan terdengar suara benda jatuh yang cukup keras. “BRUUKKKK !!!”
“Astagfirullah” terdengar Brot berucap
“Brot…!!!” terdengar Bang Jack menyebut nama Brot dengan sedikit teriak…
Serempak beberapa cewek teriak barengan “aaaaaaaaaaaaaaaaa…..”
Saya memberanikan diri mendekati Bang Jack dan Brot di ruang depan, dan siapa sangka ternyata pintu depan tiba-tiba sedikit demi sedikit terbuka, terlihat bayangan di lantai masuk ke dalam rumah.
Langsung saya berdiri terpaku.
“Anjirrrr..” terdengar suara Meme yang ternyata sudah ada dibelakang saya dengan posisi terpaku juga.
Kemudian dengan perlahan, sosok dari bayangan hitam itu mulai terlihat, tangannya memegang pintu, dan…












Ok, bersambung pemirsa. Tunggu episode 2 yang dijamin lebih menyeramkan (hahahaha…).

Rabu, 20 Juli 2011

Cerita Menarik dari Sebuah Penerbangan Pesawat


Mungkin akan menjadi sebuah cerita yang sangat menarik jika diangkat ke sebuah film layar lebar mengenai cerita saya berikut (lebayyy..), gak apa-apa sih !! Menarik karena dalam cerita berikut akan menceritakan pengalaman pertama kalinya seorang anak manusia yaitu saya, menaiki pesawat terbang dan langsung dihadapkan dengan peristiwa mendarat darurat karena ada gunung meletus dan cerita menarik serta menegangkan lainnya yang sayang untuk tidak diceritakan. Tuh kan, bagus kan kalau dijadiin cerita film ?! daripada cerita pocong horny dibikin film mending cerita berikut ini. Iya gak ? hehehe… ok, saya akan mulai bercerita……

Pagi itu minggu 3 Juli 2011, saya sudah siap-siap untuk berangkat ke bandara Soekarno – Hatta. Dengan diantar oleh ayah tercinta dan seorang paman, meluncurlah saya menuju bandara tersebut. Sampailah saya di bandara. Rasa deg-degan karena akan berada jauh dengan keluarga dan dipisahkan oleh lautan membentang membuat saya agak sedikit susah untuk melangkahkan kaki turun dari mobil (selain itu juga deg-degan karena belum tahu cara bagaimana proses masuk bandara, hehehe…), namun dengan diiringi tekad yang kuat untuk mengelilingi Indonesia dan ingin merasakan naik pesawat akhirnya saya memberanikan diri untuk menginjakan kaki di bandara kebanggaan warga negara Indonesia ini. Hehe…

Waktu itu saya tidak langsung masuk ke dalam bandara, saya sempatkan terlebih dahulu untuk sarapan pagi disebuah outlet makanan dan setelahnya mampir ke toilet dulu, maklum belum sempet ke toilet sebelum berangkat ke bandara, hehe…. Toilet cukup bersih, namun sepertinya di dalam ruang toilet ini belum ada produk pengharum ruangan yang terpasang dari perusahaan saya nih (eh..). Tak lama, akhirnya waktu perpisahan itu tiba (oh…tidaaak), saya pun berpamitan dan kulihat raut wajah ayah yang sedikit berat untuk melepas anak bungsunya ini, namun dia tetap tersenyum yang saya yakin sebagai tanda bahwa dia sangat mendukung pilihan anaknya yang paling ganteng dan paling baik sedunia ini. “berangkatlah, carilah pengalaman di luar sana nak!” ucapnya… hmmm… sepertinya bandara sudah banyak menerbangkan cerita perpisahan antar orang terkasih dan tentunya banyak air mata yang mengalir di sana, tapi waktu itu ‘bendungan’ saya tidak jebol, hanya retak saja. Sempat jebol waktu pamitan dengan ibu di rumah. Hehe… jadi inget cerita Si Doel Anak Sekolahan yang ketika si Doel mau berangkat ke Swiss, namun ceritanya tidak seperti di AADC yang tiba-tiba Cinta datang lalu menghampiri Rangga… ea ea ea ea ea…

Akhirnya saya pun masuk ke dalam bandara, sedikit agak tersendat-sendat melangkah karena merhatiin orang di depan saya, merhatiin bagaimana cara masuk bandara, hahaha….. ok, jadi pertama masuk kita akan di check e-ticket yang kita dapet dari agen perjalanan atau kita dapat beli langsung di loket pesawat yang akan kita naiki, kalau saya sih dapet dari kantor.hehehe…. Setelah itu masuk area scanning barang, dan barang kita discan setelah itu bawa lagi barangnya. Kemudian check in tiket untuk tempat duduk nanti di dalam pesawat sekalian timbang koper atau bawaan apabila kita bawa banyak barang, dan koper pun kita berikan ke petugas check in, koper sudah ada yang ngurusin di belakang sana, tapi kita bisa bawa tas kecil untuk menemani kita nanti di dalam pesawat, hehe…. Setelah itu masuk lagi ke ruang tunggu, masuk ke ruang tunggu kita akan dikenai tax sebesar Rp. 40.000,- untuk penerbangan domestik. Setelah bayar kita akan menemui area scanning barang lagi, setelah itu barulah kita bisa duduk di ruang tunggu. Menunggu dan menunggu… akan lebih lama menunggu kalau pesawat kita ditunda keberangkatannya alias delay. Hmmm…

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya ada pengumuman kalau pesawat yang akan saya naiki delay juga, serentak para calon penumpang bersorak “huuuuuu”…hehe…. Ok, saya pun menunggu. Sementara menunggu, saya coba perhatikan sekeliling ruang tunggu, saya hitung tiang penyangga atap bangunan, saya perhatikan orang-orang, dan saya coba teliti penumpang mana saja yang sekiranya akan terbang ke Manado. Di posisi belakang saya duduk terdengar orang bicara dengan kata “ngana”, “kita”, “kitorang”. Wah sepertinya mereka orang Manado. Kemudian datanglah satu keluarga chinese yang sepertinya mau ke Manado juga, dan ternyata benar mereka mau ke Manado, saya tau dari obrolan dan cara bicara mereka seperti orang Manado. Orang keturunan China emang jago deh kalau masalah bahasa daerah. Ketika mereka tinggal di Sunda, lancar banget bahasa sundanya. Ketika tinggal di Jawa, medooook banget bahasa jawanya, dan begitupun ketika tinggal di Manado dan daerah lain di Indonesia pastinya.

Setelah dua jam menunggu ada pengumuman lagi kalau keberangkatan masih ditunda karena di Manado terjadi gunung meletus. Seluruh penumpang tujuan Manado mulai resah. Waduh dalam pikiran saya jangan-jangan gak jadi berangkat nih. Namun pihak maskapai memberi tahu kalau pesawat akan tetap berangkat hari itu juga setelah ada konfirmasi dari bandara Sam Ratulangi Manado. Kami pun dibagi makan siang oleh pihak maskapai. Setelah menunggu dua jam lagi, akhirnya pesawat dinyatakan akan berangkat. Yes… akhirnya jadi merasakan naik pesawat. Hahaha….. dan “pesaaaaaa…watku terbang ke bulan” hehehe…. Nyanyi ceritanya.

Saya sudah duduk di dalam pesawat, datanglah seorang remaja lelaki yang kayanya mau duduk di samping saya
“di sampingnya nomor 11F ya mas?” dia bertanya kepada saya
“oh iya” jawab saya
Dia pun duduk di samping kanan saya tepat dekat jendela.
“ke Manado juga?” tanya saya
“iya” jawabnya
“liburan atau apa?” tanya saya kembali
“liburan ke rumah teteh” katanya
Eh orang Sunda ternyata…
“orang Sunda ? sami atuh, asli ti mana ?” kata saya
“ti Tasik a” katanya
“ohh….” Ucap saya bengong.
Haduuh ternyata ada juga orang Sunda di sana. Hehe… dan pembicaraan pun berlanjut dengan menggunakan bahasa sunda, sambil menunggu penumpang lain masuk dan pesawat terbang.

Seorang bapak duduk di kiri saya, tanpa ekspresi. Tak lama setelah itu, seorang gadis menanyakan ke pramugari tentang nomor duduk dirinya
“mbak, yang itu nomor 12F kan? Kok udah ada orangnya?” tanyanya sambil menunjuk si remaja Tasik
Kemudian pramugari menanyakan boarding pass ke si remaja Tasik samping saya “maaf boleh lihat boarding pass nya?”
Kemudian si remaja Tasik menyerahkan boarding pass ke pramugari berseragam orange itu.
“maaf nomor 11F ada di depan sini, jadi mas bisa pindah segera” ucap sang pramugari ke si remaja Tasik sambil memaniskan senyumnya
Si remaja pun pindah. Hmmm… saya jadi merasa bersalah telah “mengiyakan” kalau tempat duduk samping saya itu 11F. lupa bener-bener lupa. Hehe…

Akhirnya si gadis pun duduk di samping kanan saya. Saya senyum dia pun senyum. ;)
“mau ke Manado?” basa basi saya
“iya ke Manado” jawabnya sambil senyum
Hmm…semoga dia tidak berpikir kaya gini “yaiyalah ke Manado, udah jelas-jelas ditulis di boarding pass JKT-MDC. Capee deehh” fiuhh… hehe
“liburan atau pulang kampung?” tanya saya lagi
“mau pulang kampung, kebetulan baru resign dari pekerjaan di Jakarta” ucapnya sambil ketawa “kamu mau apa ke Manado” tanyanya
“hmm…ada tugas dari kantor” jawab saya
Lalu pembicaraan pun berlanjut sampai akhirnya saya tahu nama gadis itu adalah Merry. Berambut panjang berponi, tinggi, badannya agak berisi tapi tidak gemuk, berbaju dress selutut bahan jeans lembut, dan berhigh heels. Sekilas mirip Angelina Sondakh tapi kayanya sedikit cantik Merry. Ea ea ea ea ea……

Akhirnya pesawat akan terbang, pramugari mulai mengumumkan keberangkatan. Beberapa pramugari memeragakan cara pasang sabuk keselamatan, pelampung, masker oksigen dan lainnya. Sementara itu si bapak samping kiri saya masih tetap dengan muka lempengnya, bahkan saat itu dia malah pakai kacamata hitam.

Katanya yang paling berkesan naik pesawat itu pas saat take off-nya, dan ternyata iya. Serasa gimana gitu, kaya naik kora-kora tapi gak serem kaya kora-kora. Hehe… pada saat mulai terbang kulihat ke bawah lewat jendela terlihat pemandangan kota Jakarta yang begitu padat dan sumpek tak lama setelah itu terlihatlah laut, awan menutupi laut dan terbanglah pesawat yang saya naiki di atas awan. Lampu sabuk keselamatan sudah dimatikan, yang artinya sabuk bisa dilepas. Kemudian pramugari mengumumkan posisi toilet di pesawat.

Obrolan saya dengan Merry pun berlanjut, kami berdua bercerita tentang kerjaan, nanti ngapain saja saya di Manado, sampai dia cerita kampung halamannya. Obrolan diselingi dengan membaca majalah yang ada di kantong kursi depan kami, dia menceritakan gambar-gambar tentang Manado yang ada di majalah
“iya di sana itu ada patung Jesus yang sangat tinggi, kaya gambar ini” ucap sambil menujuk ke gambar. “di sana antara kristen dan agama lain rukun-rukun saja” tuturnya, “Manado itu aman, kan ada semboyannya seperti ini ‘Kitorang Semua Bersaudara’ jadi gak ada perpecahan antar agama” tambahnya lagi sambil senyum. Obrolan pun masih berlanjut. Merry mnceritakan indahnya surga bawah air di Bunaken dan laut Bitung.
“pokoknya liburan ke Manado tidak akan rugi, banyak tempat indahnya, makanannya pun enak-enak” kata Merry dengan logat timurnya yang masih ketara.

Sementara si bapak samping kiri saya sudah tertidur. Tak lama pramugari membagikan makanan kepada para penumpang pesawat, eh si bapak samping kiri bangun.

Setelah memakan makanan yang diberikan oleh pramugari, saya pun mencoba memejamkan mata sebentar, Merry pun begitu. Namun saya gak bisa tidur, masih belum terbiasa tidur di atas awan kali ya. Hehe… saya pun ambil majalah lagi dan membacanya, sesekali melihat ke luar lewat jendela, hanya terlihat awan saja. Terdengar suara desingan mesin pesawat dari luar, laju pesawat kadang terasa goyang-goyang dan kadang terbang sedikit miring, sepertinya lagi belok.

Tiba-tiba pramugari mengumumkan kalau pesawat akan mendarat darurat di Balikpapan, karena salah satu gunung di Manado kembali meletus dan asap yang dihasilkannya dikabarkan telah menyelimuti langit manado sehingga bandara Sam Ratulangi ditutup kembali untuk sementara. Seketika itu hampir semua penumpang ramai dan riuh, ada yang kesal ada yang berdo’a dan ada yang diam saja seperti saya. Hehe… abiss mau apa lagi, bencana siapa yang tahu. Betul gak?

Pesawat akhirnya mendarat darurat di Balikpapan, terbilang pendaratan yang kurang mulus, karena pesawat pendaratannya terasa seperti kita loncat. Ya gitu dehh… sampai-sampai ada ibu yang menjerit. Hihi… setelah pesawat berhenti kemudian beberapa bapak-bapak mendatangi Supervisor Pramugari menanyakan kelanjutan penerbangan, pramugari mengatakan kalau penerbangan akan kembali lagi ke Jakarta. Ada yang marah seperti si bapak berbaju merah muda, ada yang mericuhkan seperti si bapak beruban berkacamata mengenai pelayanan pihak maskapai apabila terjadi pendaratan darurat, dan ada juga beberapa orang yang menenangkan. Mereka yang marah karena akan ada acara penting besoknya di Manado, dan saya pun begitu, saya besoknya harus segera terbang ke Halmahera untuk urusan tugas. Dan sepertinya perjalanan saya besok akan pending.

Sepertinya pramugari sudah bisa mengarahkan para penumpang yang protes, saya dan beberapa penumpang lain hanya menunggu kepastian saja. Kemudian keputusan fix diumumkan kalau pesawat tetap akan balik lagi ke Jakarta. Semua penumpang ramai menelpon sanak keluarga atau rekan yang ada di Manado, begitupun saya, segera saya telepon pak Muhiddin yang akan jemput saya di bandara nanti, selain itu saya juga mengirim email ke beberapa orang kantor mengenai peristiwa ini. Ternyata si bapak samping kiri saya memaksakan diri untuk turun di Balikpapan saja, dia beralasan kalau besoknya ada acara penting. Setelah si bapak itu turun, pesawat pun kembali terbang ke Jakarta.

Dalam perjalanan balik ke Jakarta, riuh terdengar perbincangan para penumpang mengenai pelayanan yang harus diberikan maskapai apabila terjadi perubahan jadwal penerbangan seperti ini. Supervisor pramugari mencoba menjelaskan, apabila penundaan karena bencana alam pihak maskapai tidak bertanggung jawab penuh mengenai akomodasi penumpang, begitulah kasarnya. Si bapak berbaju merah muda sepertinya masih mangkel hatinya. Sementara saya, Merry, si remaja Tasik, si keluarga chinese, dan sebagian penumpang lain hanya ikut saja kemana pesawat terbang. Lagian ini kan bencana, siapa yang mau kan? Kita hanya bisa berdo’a saja. Akhirnya pesawat pun terbang di angkasa menuju Jakarta ditemani sinar matahari yang mulai terbenam.

Setelah itu, bagaimana nasib saya selanjutnya dan penumpang lain yang kembali dibawa terbang ke Jakarta ? akankah saya terbang ke Manado? bagaimana mengenai penerbangan ke Halmahera saya esok harinya ? tunggu kelanjutannya… kita DELAY dulu ceritanya. Hihihi… *udah pegel duduk depan laptop soalnya, mau istirahat dulu. Hehe…