Minggu, 09 Agustus 2009

Rezeki yang Hilang karena Rasa Amarah

Siang itu udara Lembang masih terasa segar walaupun waktu telah menunjukan jam 11.00 siang. Aku dan temanku berniat meninggalkan rumah kaca yang ada di Balitsa setelah pekerjaan kami selesai. Sekitar pukul 11.00 lebih dikitan, akhirnya pekerjaan selesai dan kami pun segera pulang. Di seberang jalan telah menunggu angkutan kota (angkot) berwarna kuning, kemudian kami pun menaiki angkot itu. Setelah sampai di pasar Lembang kami pun turun dan pindah ke lain angkot, kami pun naik angkot jurusan St. Hall – Lembang.

Perjalanan Lembang – kota Bandung lumayan lama, apalagi waktu itu arus kendaraan lumayan macet. Aku dan temanku serta penumpang lain hanya terdiam di dalam angkot tersebut. Dari arah Lembang angkot yang aku naiki memang sudah penuh. Selain aku dan temanku, ada juga suami istri yang sudah agak tua, seorang ibu yang “teteleponan”, seorang ibu dengan anaknya, sebuah keluarga besar yang terdiri atas kakek, nenek, anak dan dua orang cucu, beberapa bapak-bapak dan seorang mojang lembang berbaju merah.

Angkot pun akhirnya sampai di terminal Ledeng, beberapa penumpang turun. Penumpang yang tersisa tinggal aku dan temanku, ibu teteleponan, si keluarga besar, seorang bapak duduk di depan, dan si mojang lembang berbaju merah. Suasana terminal Ledeng sangat ramai dan padat dengan kendaraan-kendaraan umum (yaiyalah namanya juga terminal) hehehe…. Angkot yang aku naiki tidak lama berhenti di terminal, setelah menurunkan penumpang angkot pun jalan lagi, gerbang terminal macet, karena banyak angkot berbagai jurusan yang mau keluar juga dari terminal. Pak Supir angkot yang aku naiki teriak-teriak ke angkot (supir angkot lain) yang ada di depannya, “wey buru atuh !!!”. Akhirnya angkot yang aku naiki keluar dari terminar Ledeng.

Sekitar jalan Setiabudhi dekat deretan Factory Outlet (FO), si mojang lembang berbaju merah turun. Dilihat dari pakaiannya yang merah menyala itu, mungkin dia seorang Sales Promotion Girl dari salah satu FO yang berderet itu. Si mojang lembang berbaju merah memberikan ongkos dengan menggunakan uang Rp. 50.000,-, karena tidak ada uang kembalian supir angkot merelakan si mojang lembang berbaju merah itu tidak membayar ongkos. Supir angkot bilang “ya udah Neng gak apa-apa, ambil aja lagi duitnya” dengan nada suara yang sedikit menyesal.

Angkot pun jalan lagi. Kemudian di seberang restoran cepat saji Jl. Setiabudhi temanku turun. Ongkos temanku kebetulan aku yang megang. Jadi temanku tinggal turun saja dan bilang ke supir “Pak, ongkosnya di belakang”. Tak jauh dari sana, aku juga turun, aku memberikan uang ongkos Rp. 50.000.

“dua Pak, sama yang tadi” Aku bilang
ternyata pak supir belum memiliki uang kembalian.
“A’ gak ada yang kecil uangnya?” kata supir angkot
“gak ada pak” jawab aku
“Kumaha atuh ???” kata supir itu dengan nada suara yang tiba-tiba tinggi
Kemudian Seorang Bapak yang duduk di sebelah supir memberi saran kepadanya, “ya sudah, biar si Aa’ (aku) nukerin dulu uangnya ke kios itu”.
“iyah pak kalo gitu saya tukerin dulu duitnya” kataku kepada supir
Baru saja melangkah beberapa meter si pak supir teriak-teriak..
“ A !!! Woy ! gak usah..gak usah nukerin ! biar saya saja yang nukerin”. Mungkin si supir berpikir kalau aku akan kabur.
Pak supir keluar dari angkot dengan membantingkan pintu angkot sangat keras, dan mengambil duit yang ada di tanganku dengan cara merebutnya. Aku sedikit kaget.

Saat pak supir menukarkan duit, aku sedikit ngobrol dengan bapak yang duduk di depan tadi. Bapak yang duduk di depan itu bilang “pak supir memang sudah marah dari tadi, waktu yang perempuan disana (mojang lembang berbaju merah) ngasih ongkos gak ada kembalian”
“oh… harusnya si bapak supir ada persiapan uang kembalian” kataku ke bapak yang duduk di depan itu
“Lah biasa A, supir angkot” kata bapak yang duduk di depan itu dengan sedikit tertawa kecil. Jawaban yang sedikit membingungkan bagiku.

Kemudian supir angkot datang dengan membawa duit kembalian untuku.
“nih !!!” katanya, sambil memberikan uang itu.
“nuhun pak” kataku
Dan pak supir itu masuk ke dalam angkot lagi, dan “meng-gas” mobilnya dengan sangat kencang.
Setelah angkot itu pergi, aku menghitung uang kembalian dari supir angkot itu. Dan ternyata kembaliannya kelebihan. Pak supir angkot ngasih aku kembalian sebesar Rp. 46.000. berarti aku bayar hanya untuk satu orang.
Wah pak supir salah ngasih kembalian pikirku. Tapi ya sudahlah aku ambil saja uang itu. Hehehe….
“makannya pak jangan marah-marah, yang ada malah duit hilang” ucapku dalam hati sambil sedikit tertawa.
Kemudian aku pun naik lagi angkot yang melewati Jalan Dipati Ukur. (dida_KertasSoek)

Hikmah dari cerpen di atas:
- Kemarahan akan melupakan segalanya.
Seharusnya si bapak supir ngasih aku kembalian Rp. 42.000 saja, ini mah malah ngasih Rp. 46.000. Kalo saja si bapak supir gak marah dia akan inget kalo aku memberi ongkos untuk dua orang. Jadi dia hanya hilang duit Rp.4000,- dari si mojang lembang berbaju merah saja. Karena dia lupa akibat kemarahannya itu,,akhirnya dia hilang duit hari itu sebesar Rp. 8.000,- (dari aku+dari mojang lembang berbaju merah),,sayang kan tuh, bisa buat bensin 2 liter.
- Persiapan sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai hal.
Harusnya si bapak supir punya persiapan uang cadangan khusus untuk kembalian. Kalau saja dia punya uang cadangan, dia gak akan hilang duit sebesar Rp. 8.000,-.
- Perlakuan orang terhadap cowo dan cewe itu berbeda.
Dari kasus saya, dapat dilihat perbedaan yang sangat signifikan. Walaupun persoalannya sama antara saya dan si mojang lembang berbaju merah, tetapi perlakuan supir angkot itu berbeda. Kepada mojang lembang berbaju merah pak supir angkot bersikap manis walaupun akhirnya marah-marah, sementara kepada saya pak supir langsung marah-marah didepan saya sendiri.

Kata Orang Pacaran Itu Indah, ko Aku Gak Tahu Ya ? Part 2 (Sebuah Pilihan)

Lanjutan Part 1.
Keputusanku terhadap DA memang cukup mengecewakan baginya. Tapi harus gimana lagi, menurutku itu keputusan terbaik. Malah kalau aku menjalin hubungan dengan dia, itu akan jadi boomerang bagiku dan mungkin baginya juga. Tapi Beberapa bulan setelah tragedi Valentine itu, hubungan Aku dan DA membaik kembali, terkadang kami say Hai kalo ketemu di sekolah atau bahkan ngobrol bareng entah itu di kantin ataupun pada saat gak sengaja naik angkot yang sama. Aku sangat bersyukur, karena gak ada lagi yang harus aku pikirkan tentang masalah itu. Sekarang Aku lebih konsentrasi ke sekolahku yang sebentar lagi akan memasuki Ujian Akhir Nasional (UAN).
UAN dimulai, bisa dikatakan ujian sekolah ini penentu masa depanku. Aku harus bisa mendapatkan nilai yang bagus agar bisa melanjutkan sekolah ke sekolah lanjutan favorit di kotaku. Rasa deg-degan dan gak enak, terus menghantuiku selama menunggu keputusan lulus atau tidaknya Aku dari sekolahku ini. Sekolah yang ngebikin aku ingin cepat pulang ke rumah, sekolah yang gak begitu berkesan bagiku dan sekolah yang selalu ngebikin Aku pulang maghrib, karena ada jam masuk siangnya.
Pengumuman kelulusanpun diikrarkan oleh sekolah, Alhamdulillah semua siswa kelas tiga di sekolahku lulus semua, dan Alhamdulillah juga nilai ku cukup bagus untuk bisa meneruskan ke salah satu sekolah lanjutan favorit di kotaku ini. Dan akhirnya aku memutuskan pilihan untuk masuk ke SMAN 10 Kuningan.

(pada Part 2 ini nama orang tempat dan lain-lain yang berbau iklan akan disamarkan)

Kata Orang Pacaran Itu Indah, ko Aku Gak Tahu Ya ? Part 2
(Sebuah Pilihan)

Kuningan, Juli 2002.
“Putra Cepat ! Lari….!”, “Putri jangan lelet !!!” teriakan kakak senior menggema di subuh hari memecah suasana hening di Jalan Siliwangi No. 13. Beberapa siswa baru nampak berlarian menuju arah teriakan itu, salah satu diantara siswa-siswi bermuka innocent itu adalah Aku. “Jalan Bebek !!!” kami pun disuruh jalan bebek dari turunan yang dekat dengan sekolah baru kami ini, memang menuju sekolah kami jalannya sedikit menurun. Setelah sampai di depan gerbang sekolah, kami pun di suruh push up terlebih dahulu, ada rasa kesel dengan kakak senior yang memperlakukan kami seperti ini. Tapi sudah seharusnya kami menerima hukuman ini. STOP ! Hukuman ??? apa kesalahan kami ? ternyata menurut waktu mereka -kakak senior- kami terlambat 10 menit dari waktu yang ditetapkan, padahal di jam tangan yang aku pakai waktu menunjukan pukul 5.57 WIB, itu berarti aku gak terlambat. Karena dari kesepakatan sebelumnya, jam 06.00 WIB adalah batas waktu terakhir kami datang ke sekolah. Yah begitulah…apapun selalu saja salah bagi siswa baru.

Seminggu setelah Masa Orientasi Siswa yang gak ada artinya itu, Aku dan teman-teman baruku terlihat lebih ceria, karena gak ada lagi aturan yang memberatkan kami untuk melakukan ini itu, memakai ini itu dan memakan ini itu. Kami bebas dari aturan zaman Jahiliyah seperti itu. Dengan seragam baru, putih abu, kami mengikuti upacara bendera hari Senin. Inilah upacara pertama yang kuikuti disekolah baruku ini. Dan bakal ada lagi upacara-upacara selanjutnya yang akan aku ikuti di sekolah ini. Upacara adalah salah satu ritual yang aku sukai dari dulu, gak tahu kenapa. Pokoknya pada saat upacara banyak hal yang bisa aku dapatkan, entah itu kenal dengan temen baru dari kelas tetangga, ngejailin orang, lihat orang pingsan dan tentunya dapat pelajaran dan nasihat yang berharga dari sambutan yang diberikan oleh Pembina Upacara. Sambutan pada upacara pertama di sekolah baruku ini diberikan oleh Kepala Sekolah, Drs. Kasno, MPd.. Banyak kata-kata yang beliau utarakan, walaupun sedikit mem-BT kan sambutannya. Beliau mengatakan “teruslah berjuang dalam menggapai cita-cita kalian, jangan menyerah ! berjuang adalah salah-satu kunci kesuksesan dalam hidup kita, dan jangan lupa landasi hidup kita dengan iman, ilmu dan amal”. Sambutan pun ditutup dengan kalimat “Selamat Menuntut Ilmu dan Selamat Datang di SMAN 10 Kuningan” yang langsung disambut tepuk tangan meriah oleh semua siswa, khususnya para siswa-siswi baru.

Aku sudah bertekad akan lebih aktif ketika sekolah di SMA ini, beberapa ekstrakulikuler aku ikuti. Diantaranya PASKIBRA, Bima Suci (BS) dan The Annoying PRAMUKA (ini ekskul wajib). Pada saat kelas satu, aku sangat membenci ekskul Pramuka, pokoknya ada saja hal yang bikin aku benci dari ekskul ini. Tiga ekskul yang aku ikuti ini memiliki jadwal masing-masing setiap harinya. Paskibra setiap hari sabtu, Pramuka setiap hari Jum’at dan BS setiap hari senin dan Kamis, untuk hari kamis biasanya para anggota bima suci disuruh menginap di sekolah untuk latihan tenaga dalam. BS adalah ekstrakulikuler semacam pencak silat namun dalam BS dilengkapi dengan pelatihan tenaga dalam. Sayang, keikutsertaanku di BS tidak lama, aku memutuskan mengundurkan diri karena jadwal latihan bentrok dengan latihan persiapan Lomba Kegiatan Baris Berbaris (LKBB) tingkat kabupaten. Namun ada cerita lucu selama mengikuti latihan BS ini, ketika menginap di sekolah untuk latihan tenaga dalam. Aku dan beberapa temanku berbaris membentuk banjar, satu banjar 5 orang, tangan kami saling memegang pundak teman yang di depannya. Di bagian depan telah berdiri seorang pelatih yang akan menyalurkan tenaga dalam kepada kami, dengan konsentrasi penuh kami berusaha menerima tenaga dalam yang diberikan, tapi sudah cukup lama kami menunggu, aliran tenaga dalam itu tidak kami rasakan, tepatnya kelompok Aku. Aku melihat kelompok lain barisannya roboh, mungkin karena terhempas oleh tenaga dalam yang diberikan. Tetapi barisan aku tidak. Aku bertanya ke temenku Feri dengan berbisik “Fer, kok kita gak jatuh sih?”
“Iya Dit, aku juga gak tau” jawab Feri.
“Gimana kalo kita pura-pura jatuh aja?” saranku ke Feri
“boleh..boleh..hayu, biar gak malu-maluin”
“sok atuh kasi tau anak-anak yang depan!” pintaku
“sip !!” kata Feri
Aku memang berada di bagian paling belakang di barisanku ini, jadi walaupun ngobrol gak akan ketahuan oleh pelatih, selain itu lampu sekolah sengaja digelapin. Setelah Feri memberi tahu saranku ke temen-temen yang berada dibagian depan. Dengan tiga hitungan, satu..dua…tiga kami pun pura-pura jatuh menerima tenaga dalam dari sang pelatih. Hehehehe…. Akhirnya jatuh juga, tapi kayanya kelompok lain juga pura-pura jatuh tuh! Hahaha….

Horrre …. Tim LKKB aku juara 1 tingkat kabupaten, menjadi kebanggaan tersendiri bagiku. Kejuaraan ini menjadi penyemangat bagiku untuk terus aktif di sekolah ini. ketika kelas 2 pun aku ikut menjadi pengurus OSIS. Tapi Paskibra yang telah mengantarkan aku menjadi juara 1 aku tinggalkan, Aku malas meneruskan karena aku tidak lolos seleksi menjadi anggota Paskibraka. Dan sebagai gantinya aku malah masuk menjadi pengurus di organisasi yang paling aku benci, PRAMUKA. Tapi tak disangka, dari ekskul inilah aku bisa bertemu dengan sahabat-sahabat terbaiku, mereka adalah Muhamad Kurniawan (wawan), Adi Ramadhan, Lidya Handayani, Fakhri Syah, Rahman Taufik. kami berenampun secara bersamaan ikut organisasi yang sangat keren di sekolah, OSIS. Salah satu dari kami menjadi ketua OSIS, Adi Ramadhan. Fakhri Syah menjadi wakil ketua II, Rahman Taufik menjadi koorbid kerohanian, dan Aku, Wawan dan Lidya masuk di sekbid 5. Dari OSIS aku mengenal banyak orang lagi, dan lebih akrab lagi dengan mereka, Aku kenal dengan Adri dari sekbid 8. Adri salah satu sahabatku yang berambisi menjadi model, sampai-sampai dia mendaftarkan diri untuk menjadi model lewat majalah remaja terkemuka. dan usahanya itu membuahkan hasil, dia masuk sebagai finalis model majalah tersebut. Namun sayang perjuangannya terhenti hanya sampai Jakarta. Tapi walaupun tidak lolos seleksi, Ardi tetap memiliki ambisi yang kuat untuk masuk ke dunia entertainment.

Memang unik-unik sahabatku ini, memiliki ke khasannya masing-masing. Wawan seorang bintang sekolah, waktu kelas dua kebetulan sekelas dengan ku, mewakili sekolah di olimpiade biologi tingkat kabupaten, selain itu juga dia selalu ranking pertama di kelas. Adi Ramadhan, seorang ketua OSIS yang supel, mudah bergaul dan banyak omong dan juga humoris, pencetus berdirinya teater Bakiak, dari teater ini aku menjadi tambah terkenal di sekolah. Fakhri Syah, sahabatku yang satu ini selalu rapih penampilannya, memiliki arti lain tentang cinta dan pikirannya selalu jauh ke depan. Rakhman Taufik, sahabatku ini paling kocak diantara semuanya, namun dibalik kekocakannya itu dia memiliki jiwa kepemimpinan yang hebat. Lidya Handayani, orangnya sangat baik pengertian tetapi bodorannya sedikit garing. Hehehe…

Di Organisasi yang kami ikuti, bersama-sama anggota lainnya menjalankan program yang telah ditetapkan. Di Pramuka kami selalu melatih adik-adik kelas kami, mengikuti acara-acara tingkat kabupaten, dan mengadakan kemping untuk penerimaan anggota Pramuka baru. Sementara di OSIS, lebih banyak lagi kegiatan yang kami jalankan, beberapa program besar yang kami jalankan adalah Pasanggiri Rampak Sekar dan Anggana Sekar tingkat Kabupaten, acara ini merupakan kebanggaan bagi kami pengurus OSIS 03-04 karena yang membuka acara ini adalah orang nomor satu di Kabupaten Kuningan, H. Aang Hamid Suganda. Bupati Kuningan ketika itu. Program OSIS terakhir yang kami kerjakan adalah kegiatan Masa Orientasi Siswa untuk siswa baru angkatan 2004. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang ditunggu-tunggu oleh para siswa lama –angkatan atas- dan juga kami para panitia. Selain ingin tau dari mana aja siswa baru berasal, juga biasanya digunakan untuk ajang tebar pesona angkatan atas kepada para siswa baru. Ngeceng.

Begitu juga beberapa teman panitiaku, mereka sengaja tebar pesona di depan siswa baru agar dilirik oleh mereka. Entah itu saat materi di kelas, istirahat ataupun pada saat perkenalan ekstrakulikuler. Seperti Asep, temenku yang satu mendadak rapih ketika kegiatan MOS berlangsung, alasannya sih ingin memberi contoh kepada siswa baru katanya. Kemudian beberapa temen dari kelas lain yang tiba-tiba ikut demonstrasi ekstrakulikuler, padahal kalo gak ada MOS mereka malesnya minta ampun untuk mengikuti latihan ekskul-nya masing-masing.

Lalu aku bagaimana ? jujur, aku tidak begitu atraktif seperti temen-temen panitiaku yang lain. Aku hanya menjalankan tugas sebagaimana mestinya (hehehe..), ketika harus melakukan ini ya aku lakuin, ketika harus melakukan itu ya aku lakuin juga. Mengalir saja, urusan ada siswa baru yang nge-fans itu mah belakangan. Yang jelas, keindahan dari dalam akan selalu menang. Hehehe…

Kegiatan MOS 2004 berbarengan dengan pengumuman penempatan kelas baru bagi siswa lama. Waktu itu, semua siswa lama dikumpulkan di lapangan rumput belakang ruang guru. Setiap siswa disebutkan satu persatu namanya dan masuk kelas apa, entah itu kelas 2.1 – 2.7 ataupun masuk kelas 3 IPS atau kelas 3 IPA.

Kelas 3 IPA pertama kali diumumkan, dan ternyata aku masuk 3 IPA 1. Ada beberapa orang yang teriak kaget ketika namaku disebutkan masuk ke kelas IPA, gak tau kenapa. Setelah pengumuman kelas diumumkan, aku dan beberapa teman panitia MOS kembali lagi menjalankan tugas sebagai panitia. Sebelumnya aku masuk dulu ke ruang OSIS, dan ternyata di ruangan OSIS ada beberapa orang yang sedang ngomongin orang lain, dan tau gak siapa yang diomongin oleh mereka ? yup, benar sekali, Aku objek yang mereka omongin. Mereka membahas masuknya Aku ke kelas 3 IPA. Salah satu dari mereka bilang gini “kok bisa ya si Aditya masuk kelas IPA ???”. aku kaget mendengar perkataan itu, kemudian aku masuk ke ruang OSIS dengan pura-pura tidak mengetahui topik yang mereka omongin. Ruangan OSIS pun tiba-tiba hening suasananya, tak lama akupun keluar dari ruangan itu (kaya sinetron yak !). mungkin teman-temanku itu sedikit aneh saja atas masuknya aku ke kelas 3 IPA, karena orang-orang yang biasanya masuk ranking sepuluh besar ketika kelas duanya tidak masuk IPA. Seperti Fakhri, Adi, Rakhman dan beberapa teman lain. Kelas IPA memang sedikit eksklusif di sekolahku, biasanya hanya orang-orang pintar saja yang masuk kelas ini, dan yang nilai mata pelajaran IPA-nya lebih dari nilai mutu 7, seperti Matematika, Biologi, Fisika dan Kimia. Dan ternyata aku memenuhi persyaratan itu.
Hari itu pertemuan ke-tiga MOS, waktu menunjukan pukul 16.00, saatnya kami para panitia dan para peserta MOS pulang. Dari kejauhan Ardi memanggil namaku
“Adit…. Aditya !!”
Aku menoleh ke belakang, terlihat Ardi sedang berlari ke arahku.
“ada apa Di ?” tanyaku
“Ada kabar gembira buat kamu” jawab Ardi
“kabar gembira gimana ?” tanyaku kembali
“jadi gini, namanya Vina siswi baru kelas 1.5 dia bilang padaku, ada temen dia yang suka kamu Dit”
“maksudnya ?” aku sedikit kaget
“iya dia suka sama kamu, mungkin nge-fans”
“tau dari mana kamu Di ?”
“ya si Vina yang bilang ke aku” kata Ardi
Selama tiga kali pertemuan MOS, Ardi memang sudah dikenal oleh banyak siswa-siswi baru. Diantara yang mengenal Ardi ada “Vina and the gank” yang cukup lumayan baru akan dekat dengan Ardi. Hehe..
“Siapa namanya Di ?” tanyaku kembali
“Putri Airin” jawab Ardi “kalau kamu mau kita bisa menemui dia sekarang, kebetulan kata Vina sehabis pulang MOS mereka mau nyari peralatan MOS buat besok di daerah pertokoan Jl. siliwangi, mungkin mereka sekarang masih di sana. Gimana ?”
“mmmm… boleh” jawabku
“yaudah, kalau gitu ayo !” ajak Ardi

Aku dan Ardi jalan menuju pertokoan yang dimaksud, gak jauh dari sekolah ternyata “Vina and the gank” masih ada. Ternyata mereka juga jalan menuju pertokoan itu. Aku merasa ganjil, jangan-jangan Ardi janjian sama Vina untuk mempertemukan aku dan Putri Airin. Tapi gak apa-apa lah pikirku, tanggung. Kemudian akupun bertanya ke Ardi “Di, dia yang mana?”
“itu loh yang rambutnya pendek, yang sedikit mirip orang china”
“oh yang itu” kataku
“panggilannya Ririn” kata Ardi
Rupanya mereka menyadari kedatangan Aku dan Ardi, tiba-tiba saja mereka pergi sambil tertawa dan hilang ditelan angkot yang mereka naiki. Tapi aku sempat lihat wajah Ririn yang tersipu malu.

Besoknya aku sedikit canggung untuk masuk ke kelas 1.5, kelasnya Ririn. Kebetulan hari itu jadwalku ngisi acara di kelas 1.5 untuk membuka acara materi yang akan di isi oleh guru sekolah. Terdengar suara “ehem..ehem” dari beberapa siswa. Aku cuekin aja. Selama bicara di depan kelas, aku sesekali melirik ke arah Ririn, dia hanya tertunduk dari aku masuk sampai Pak Damar menggantikanku di depan kelas.

Seminggu sudah acara MOS 2004 dilaksanakan, MOS yang akan memiliki kesan bagiku. Hehehe… sekarang saatnya untuk belajar serius lagi. Hari pertamaku masuk kelas IPA tiba-tiba saja sudah jadi Ketua Murid (KM), lah siapa yang milih pikirku. Rupanya ketika acara MOS berlangsung, ketika aku belum masuk kelas, telah terjadi pemilihan sepihak dari anak-anak kelas untuk memilihku sebagai KM. yah… dan seperti biasa aku hanya menerima saja.

Belajar di kelas IPA ternyata menyenangkan, gak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Ternyata lebih bebas dari kelas IPS. Yang dimana kelas IPS setiap harinya banyak tugas dan harus mempresentasikan besoknya. Kalau kelas IPA paling hanya pekerjaan rumah saja, yang pagi-pagi sebelum berangkat sekolah pun bisa dikerjakan atau bahkan nyontek ke temen lain sebelum jam pelajaran dimulai. Seperti biasanya, setiap kelas pasti ada sebutan masing-masing atau panggilan khusus. Hari itu setelah pulang sekolah aku mengumpulkan anak IPA 1 untuk menentukan nama apa yang cocok untuk sebutan kelas. Beberapa usulan sebutan dan nama diajukan oleh anak-anak kelas. Dan akhirnya keputusan telah dibuat, sebuah nama yang sedikit nyeleneh dan memiliki arti vulgar jika diartikan secara harfiah. Sebutan tersebut aku yang mengusulkan, dan ternyata teman-teman menyetujuinya. Hari itu juga resmi kelas 3 IPA 1 memiliki nama lain “KISS (Kelas Ipa Satu Sma 10)”. Hehehe…

Suatu sore ketika aku sedang bersantai nonton televisi di rumah, tiba-tiba ada nomor asing yang mengirim SMS ke handphoneku . Isi SMS-nya berbunyi sepeti ini “Hallo Ka Adit ! apa kabar ? ini Ririn. Oya Ka, Ririn Cuma mau minta maaf, kalo selama ini ada info-info yang gak jelas, mungkin Ka adit juga tau beritanya. Hehe.. dan memang sebenarnya Ririn suka sama Ka Adit”. Ternyata Ririn yang SMS, berani juga ini cewe pikirku. Dan dari situ lah cerita baru dimulai.

Beberapa hari ini Aku jadi sering meng-SMS Ririn, atau bahkan meneleponnya. Begitu juga sebaliknya. Ada saja yang kami omongkan di SMS atau di pembicaraan telepon. Entah itu nyeritain guru di sekolah, mata pelajaran, ekstrakulikuler dan lainnya. Dan akhirnya aku mengetahui lebih banyak tentang Ririn.

Putri Airin, wanita kelahiran Brunai Darussalam 16 Juni 1989, merupakan anak bungsu dari seorang bapak yang bekerja di kantor pemerintahan dan seorang ibu rumah tangga, memiliki seorang kakak laki-laki yang kuliah di Universitas Majapahit Yogyakarta. Itulah hal pertama yang aku ketahui tentang dia. Banyak yang aku sukai dari dia, dia orangnya ceria, enerjik, aktif dan menarik tentunya.

Setiap bertemu di sekolah, Aku dan Ririn selalu mengobrol, poto-potoan, terkadang makan di kantin bareng atau pulang sekolah bareng walaupun hanya samapi gerbang sekolah karena memang angkutan umum yang kami naiki berbeda jurusan. Saat itu kami terlihat cocok. Gossip antara Aku dan Ririn sudah menyebar di sekolah, ulah anak-anak memang keterlaluan. Oleh anak-anak KISS aku selalu jadi objek pembicaraan, di luar kelas pun tetep menjadi pembicaraan. Terkadang teman-teman mengolok-olok aku, atau bahkan mengadeuh-adeuh aku (apa ya bahasanya? Hehe).

Satu semester bersama (tanpa status) tetap aku jalani, sedikit monoton memang, karena ya hanya gitu-gitu aja. Pernah Ririn menanyakan status kami berdua, dan aku hanya terdiam. Malu jadinya. Setelah itu aku jadi jarang bertemu dengan dia, selain karena banyak tugas sekolah, juga saat itu aku lebih sering main dengan sahabat-sahabatku atau kalau enggak dengan anak-anak KISS. Dari situ pertemuanku dengan Ririn mulai berkurang, tetapi SMS-an masih tetep jalan. Terkadang Ririn menanyakan kenapa jarang ketemu disekolah, ataupun pertanyaan-pertanyaan lain yang agak menjurus ke arah status hubungan kami. Aku selalu menjawab dengan alasan kesibukanku sebagai kelas 3, ada les tambahan, atau ada janji dengan temen-temen.

Pernah suatu saat Ririn main ke tempat les ku di rumah Bu Ninis, aku kaget. Ririn hanya memberi alasan kalau dia kebetulan saja lewat rumah Bu Ninis. Aku gak percaya, sengaja aku ngobrol dulu sebentar dengan dia. Setelah itu aku pun pulang dengan meninggalkan Ririn di rumah Bu Ninis. Aku sempat menyesal waktu itu, kenapa aku gak ngajak jalan dulu kemana ke, atau makan batagor favorit sebrang alun-alun kota, atau ngapain lah. Aku serasa jadi orang bodoh waktu itu. Dan aku hanya diam melamun di mobil sampai akhirnya sampai ke rumah.

Jujur dalam hati aku memang menyimpan rasa kepada Ririn. Aku menyukai Ririn. Tapi gak tahu kenapa aku gak bisa mengungkapkannya. Aku seperti Kuda yang yang dijadikan kendaraan delman, gak bisa mengikuti kata hatinya hanya mengikuti perintah kusir, kalo di pecut sebelah kanan dia akan belok kanan kalo dipecut sebelah kiri dia akan belok kiri dan kalo ditarik tali pengikatnya dia akan lari sekencang-kencangnya. Begitulah Aku, tidak mengikuti kata hatiku sendiri.

Pernah suatu ketika Ririn membikin jebakan buatku, namun ketahuan olehku. Dia menyuruh temannya Siska, untuk menelpon aku pura-pura kalo dia suka banget sama aku. Aku sedikit meresponnya, sampai akhirnya aku tahu kalo Siska disuruh Ririn. Hal tersebut aku tanyakan ke Ririn, sampai akhirnya Ririn gak menghubungiku beberapa hari. Mungkin marah atau malu karena ketahuan.

Suatu kebetulan atau apa, ketika itu tanpa alasan tiba-tiba ayahku gak membawa kendaraannya untuk berangkat kerja, males katanya. Nah ketika ayahku dan ibuku pulang ke rumah, ternyata naik angkot yang sama dengan Ririn dan Vina. Dan tahu apa yang terjadi ?? terjadi suatu obrolan hangat di dalam angkot sana, antara Ayahku, ibuku dan Ririn serta Vina. Dan diongkosilah Ririn dan Vina oleh kedua orang tuaku. Saat itu Ririn belum mengetahui kalau kedua orang yang diajaknya bicara adalah ayah dan ibuku. Dan pada suatu hari ketika ayahku mengantar aku ke sekolah Ririn melihatnya, dan Ririn baru menyadari kalau orang yang dulu ngobrol dengan dia di angkot adalah ayah dan ibuku.

Memasuki semester dua, hubunganku sama Ririn semakin tidak jelas, kadang kami ketemu kadang enggak, dan SMS-an atau nelponpun semakin jarang. Beberapa temenku menanyakan atas hal tersebut, aku gak menjawabnya dengan jelas dan malah terkesan menghindar. Beberapa temenku menyayangkan hal tersebut. Bahkan ada dari mereka yang menyarankan kepadaku agar aku menyatakan perasaanku kepada Ririn. Dan seperti biasa aku hanya terdiam.

Dengan kesibukanku di semester dua semakin menjarangkan dan meng-gak pernahkan aku bertemu dengan Ririn. Setiap pagi aku harus masuk kelas jam 06.15 pagi karena ada pemantapan, setelah itu sianngya ada pemantapan lagi sampe jam 15.00. dan setelah pemantapan siang aku pun selalu langsung pulang ke rumah, gak seperti waktu kelas dua atau kelas satu yang suka berlama-lama di sekolah bahkan sampai menginap di ruang OSIS. Ibuku selalu mengingatkan aku untuk mengurangi waktu main gak jelas, karena Ujian Nasional (UN) sudah di depan mata. Apalagi tahun sekarang ada batasan minimal nilai kelulusan sebesar 4,25. Sebuah nilai yang terlihat kecil tapi susah untuk mendapatkannya, sebagai gambaran saja aku gak pernah lulus di latihan ujian yang diadain oleh sekolah untuk mempersiapkan menghadapi UN. Terkadang matematikanya gak lulus, atau ketika matematika lulus malah bahasa inggrisnya yang gak lulus. Karena hal itulah aku lebih mementingkan urusan sekolahku daripada urusan-urusan lain.

Suatu sore ketika ngumpul bersama sahabat-sahabatku di sekolah setelah pulang pemantapan, terlihat Ririn menghampiriku. Dia mengajak ku untuk mengobrol sebentar. Aku sedikit menjauh dari sahabat-sahabatku, dan mereka hanya memperhatikan kami berdua. Dalam percakapan itu akhirnya Ririn menanyakan kembali status hubungan kami berdua, dan aku seperti biasa hanya terdiam. Aku seperti manusia yang gak punya pendirian, untuk menjawab Ya atau Tidak pun aku gak bisa. Ketika ditanya hal itu oleh Ririn aku malah menjawab kemana-mana. Aku seperti manusia bodoh. Aku seperti Petter Parker yang gak bisa ngungkapin perasaan cintanya kepada Marry Jane di film Spiderman karena berbagai alasan yang sebenarnya bisa diatasi. Yah begitulah aku. Karena gak ada jawaban pasti dariku, Ririn akhirnya memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang Ririn mengucapkan satu kalimat kepadaku, “Makasih ya Ka udah mau deket sama Ririn” setelah mengucapkan kalimat itu, kulihat mata Ririn tampak berkaca, dan aku terdiam tidak bergerak dan bengong dibuatnya karena rasa kaget, menyesal serta rasa bersalah. Dan aku masih berdiri terdiam saat Ririn berjalan menjauh dari hadapanku.

Beberapa sahabatku rupanya memperhatikanku dari tadi, setelah melihat kejadian itu mereka menghampiriku dan menyuruh aku untuk mengejar Ririn. Saat aku tersadar, akhirnya aku mengejar Ririn, tetapi ternyata Ririn sudah berjalan cukup jauh, dia sudah berada di turunan dekat sekolahku sambil berjalan cepat. Ketika aku memanggilnya, Ririn tidak menghiraukan dan langsung naik angkutan umum tanpa menolehku.

Kejadian itu membuat aku menyesal, aku takut Ririn gak mau menghubungiku lagi atau bahkan gak mau deket lagi denganku. Tapi ternyata tidak, ketika malam sebelum UN dia meng-SMS ku, dia memberikan kata-kata semangat buatku. Dan akupun sedikit lega setelah membaca SMS itu.

Pengumuman kelulusan pun sudah dekat. Aku dan beberapa teman-temanku stress dibuatnya. Sampai akhirnya hari H pengumuman pun datang. Ada kebiasaan sekolahku untuk mengumumkan pengumuman kelulusan, bagi siswa yang tidak lulus surat pengumuman akan di kirimkan ke rumah masing-masing, sementara untuk siswa yang lulus pengumuman di umumkan di sekolah, berarti siapa saja yang tidak datang ke sekolah pada saat pengumuman berarti dia tidak lulus. Hari itu dua orang anak KISS tidak ada di sekolah, dan ternyata mereka tidak lulus. Bu Dini dan Pak Suhud wali kelas 3 IPA 1 menangis dan minta maaf kepada kami karena mereka merasa gagal, dan akhinya satu kelas menangis. Setelah pengumuman selesai, kami pun bersalaman dan bermaafan dengan semuanya. Ketika aku akan pulang aku mendengar kabar yang mengagetkanku, Rakhman sahabatku tidak lulus. Besoknya aku dan beberapa sahabatku Adi, Fakhri dan yang lainnya mengunjungi rumah Rakhman. Di rumahnya aku melihat Rakhman hanya senyum menyambut kami, senyum getir. Dan kami pun menangis sambil memeluk Rakhman. UN, Suatu sistem dari pemerintah pusat yang harus mematahkan semangat orang pintar, orang yang ranking pertama di kelas, seperti Rakhman.

Setelah pengumuman kelulusan yang menyedihkan itu, sebagai persembahan terakhir bagi kami siswa-siswi kelas tiga, sekolah mengadakan acara perpisahan. Seperti acara perpisahan biasanya, kami pun tertawa, bergembira dan menikmati seluruh acara yang disuguhkan. Segmen poto-poto pun tak ketinggalan oleh kami. Setiap orang sibuk mengambil gambarnya masing-masing, karena memang hari itu adalah hari terakhir mereka dan aku berada di sekolah ini. Sekolah yang membuat aku menemukan arti persahabatan, sekolah yang memberikan aku banyak pengalaman dan kesan, sekolah yang bisa merubah pikiran aku ke arah yang lebih dewasa, dan sekolah yang akan selalu mengingatkanku pada semua kisah-kisahku di sana, termasuk ceritaku dengan Ririn.

Pada saat acara perpisahan itu aku melihat Ririn, kebetulan dia menjadi panitia perpisahan kelas tiga, aku tahu dia memperhatikanku. Entah mengapa Aku jadi gak bisa menyapanya, aku ingin sekali mengabadikan momen terakhirku itu dengan mengajaknya berpoto bareng, tapi entah mengapa aku serasa gak bisa, aku malah mengajak teman-temannya yang lain Vina, Ajeng dan lainnya. Bodoh sekali. Tapi ya itu kenyataannya. Dan di hari terakhirku di SMAN 10 Kuningan itu aku hanya bisa memberikan senyum saja kepada Ririn, dan hanya itulah kenangan terakhirku buat Ririn.

Setelah acara perpisahan itu aku gak bertemu lagi dengan Ririn, setelah aku pergi ke Bandung untuk mengikuti bimbingan belajar cepat aku lost contact dengan dia. Dan SMS terakhirku hanya pada saat aku mengucapkan ulang tahun buatnya tanggal 16 Juni 2005. Dari situlah aku gak mendapatkan kabar lagi dari Ririn. Sedikit menyesal memang. Menyesal karena aku tidak menentukan pilihan yang pasti.

Bersambung…